Selasa, 12 Juni 2012
peperangan sang hati dan tuan pikiran
subuh ini aku masih terjaga, di antara banyak jiwa yg sedang asik bermimpi aku hanya bisa menatap kosong ke langit2 kamar ku. sungguh entah mengapa malam ini rasanya asing bagiku, dimana biasanya yg terlintas dipikirankku hanya kamu tapi dimalam ini peperangan antara hati dan pikiranku pun dimulai. sang hati berkata "usah kau bohongi perasaanmu, bahwa kau masih mencintai dia" namun cepat kilat tuan pikiran pun menepis "sudahlah, apalagi yg kau harap ? membalas pesanmu saja tidak, lalu apa yg kau tunggu ? harapan2 lagi yg seakan-akan dia suka padamu ? hahaha kau terlalu naif nanda, kau hanya bisa mencintainya, tapi untuk menjadi kekasihnya mungkin sudah tidak bisa" si tuan pikiran ada benarnya juga buat apa lagi aku menunggu sementara membalas pesanku saja tidak, sudah lah aku menyerah. untuk sekian detik keadaanpun hening. lalu tiba2 sang hati angkat bicara kembali "kau sudah benar2 ingin melupakanya ? tapi mengapa masih saja mencari tahu tentangnya ? tapi mengapa masih ingin bertemu dengannya, tapi mengapa masih cemburu dengannya ? apa itu yg dinamakan ingin melupakan ? nanda kau ini sudah besar harusnya belajarlah jujur kepada diri sendiri " sentak yg menginggat kembali kejadian2 kemarin dimana aku masih cemburu saat dia berhubungan dengan mantannya, aku juga masih mencari tahu tentangnya, dan setiap bertemu dengannya rasanya tak mau pisah. namun tuan pikiran tak mau kalah "kau ingat kejadian di kelas waktu dia senang tak berada didekatmu ? masih ingatkan bahwa dia belum 100 % melupakan mantannya ? masih sadarkan kalau dia sama sekali tak ingin kau campuri urusannya ?, hey nanda kau hanya menjadi temannya dan itu sudah cukup untuk mu ! ingat di banding kekasihnya dahulu kamu dan dia ibarat bumu dan langit, sadarlah nanda mana mungkin dia berpaling pada kamu, sudahlah kamu sudah dewasa harusnya bisa memilih mana yg serius dan mana yg bercanda". "STOP !!!!" teriaku dalam hati, entah kenapa kepalaku seperti tertekan benda keras sakit sekali dan dada ini terasa sesak seakan tidak adalagi oksigen memenuhi paru2ku, sudahlah aku tidak bisa memutuskan sekarang apakah aku harus mengikuti anjuran sang hati atau tuan pikiran, yg jelas saat ini aku masih mencintai mu Mr.N entah esok aku akan melupakan mu atau tetap jadi pengagum rahasiamu, entahlah aku biarkan saja perasaan ini mengalir seperti air nanti pun akan ada jawabnya seperti air yg bermuara di lautan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar